Rabu, 21 April 2021

Rp 500 RIBU, HARGA KECEROBOHAN ITU

Tak hanya kesehatan yang mahal harganya. Kecerobohan, kelalaian, kesembronoan, gemampang, dan seterusnya dan sebagainya, untuk sinonim segala sifat buruk manusia, semua memiliki harganya sendiri-sendiri, dan tidak murah.

    Percaya pada intuisi, naluri dan akal sehat adalah salah satu kunci sukses dalam menjalani kehidupan. Bukan dalam skala global tentunya, sebagaimana indikator dari sukses itu sendiri yang jika dirunut dari posisi terakhir hingga ke titik awal kehidupan ternyata indikatornya berbeda-beda. Ada tahapan-tahapan yang mana masing-masing memiliki titik tolak dan titik akhir. Titik tolak dari setiap tahapan merupakan titik akhir dari tahapan sebelumnya yang jika digambarkan dalam bentuk garis maka akan terbentuk sebuah kurva ataupun grafik.
    Saat menuliskan peristiwa ini, yang saya alami beberapa bulan yang lalu, masih di tahun 2020 akhir, memang ada sedikit rasa sesal, tetapi sejatinya bukan pada siapa-siapa atau apa penyebabnya, karena beberapa hari sebelumnya intuisi dan ekspektasi saya sudah berjalan. Meskipun beberapa kali terlintas bahwa ada kambing yang bisa saya hitamkan atas apa yang terjadi, tetapi pada akhirnya saya memilih untuk berdamai saja dengan kejujuran, dan memang agak berat melakukannya, kambingnya tetap saja masih terbayang. Rasa sesal itu dengan sedikit berat hati dan pertimbangan pura-pura rasional saya timpakan saja pada diri sendiri atas ketidakpercayaan saya pada "swa-ramalan" yang sudah berkali-kali terbukti. Kalau ingat itu kadang kala saya jadi mbatin sendiri, "kok seperti pandhita ratu saja, sabdanya tan kena wola-wali dan seringkali menjadi kenyataan". 
    Bahwa saat itu saya jujur pada diri sendiri buktinya adalah sepersekian detik setelah terdengar bunyi, "...kraak... kraak..ewer ewer ewerrrr...", batin saya berseru, "waduh,  tenan...". Maksudnya ya itu tadi, sejak kemarin sore saya sudah berekspektasi dengan prasyarat, jika saya beri beban lebih berat daripada beban di kecepatan antara 20 sampai 25 km perjam, kemungkinan crack akan sangat besar. Dan benar saja, saat jalanan sedikit menanjak dengan aspal berlubang di separuh badan jalan, saya harus ekstra pelan saat memasuki area aspal gronjal, sehingga saat keluar dari area itu akselerasinya berat, terlalu berat untuk ditanggung oleh si baja tua yang disetel terlalu kencang karena memang kependekan alias terlalu banyak dipotong matanya dari panjang normalnya. 
   Jika tidak ada ilustrasi gambar, mungkin ada pembaca yang gagal paham isi cerita
Jangan terlalu percaya iklan, begini jualah akhirnya 

    Sementara segini saja dulu, sudah ngantuk .... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan bijak untuk kebajikan kita.

TITIK NADIR KUALITAS PENDIDIKAN (?)

Tingginya anggaran pendidikan yang tidak diikuti dengan peningkatan indeks pembangunan manusia adalah antitesis atas politik anggaran sebaga...